PERKELAHIAN ANTAR
PELAJAR
Perkelahian atau yang sering
disebut dengan tawuran sering terjadi diantara para pelajar. Bukan cuma para
mahasiswa melainkan para pelajar pun ikut andil dalam hal ini. Ada yang
mengatakan bahwa berkelahi adalah hal yang wajar pada remaja. Karena anggapan
itu, perkelahian sudah menjadi hal yang biasa dikalangan pelajar bahkan hamper
setiap hari terjadi. Perkelahian tidak hanya terjadi di kota-kota besar tetapi
juga sudah sampai ke sekolah-sekolah pedesaan seperti sekolah kita ini yaitu
SMAN 1 Soppeng Riaja.
Perkelahian antar pelajar marak
terjadi di SMAN 1 Soppeng Riaja karena banyaknya faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor
tersebut antara lain, faktor internal, faktor ekonomi serta faktor lingkungan.
Faktor internal yang memicu biasanya adalah ketidakmatangan diri untuk bersikap
dewasa menghadapi masalah yang tengah dihadapi. Perkelahian pelajar biasanya
dilakukan oleh remaja-remaja yang gagal dalam menjalani proses-proses
perkembangan jiwanya baik, pada saat remaja maupun pada masa kanak-kanak. Ada
pula faktor internal yang didapat melalui keluarga yang dimana perilaku-perilaku
buruk dalam lingkungan keluarga dapat mendorong anak remaja melakukan hal-hal
yang tidak diinginkan sehingga menyebabkan tekanan batin yang diderita dan
akhirnya dapat memicu perkelahian antar sebayanya yaitu pelajar. Selain dari faktor
internal, ada pula faktor ekonomi dimana seperti hipotesis-hipotesis yang
selama ini beredar bahwa perkelahian pelajar hanya terjadi pada para siswa dari
kelas ekonomi bawah sebagaimana pendapat Albert K. Cohen yang mengatakan bahwa
perilaku kenakalan dikalangan remaja adalah disebabkan oleh kecemburuan mereka
terhadap remaja-remaja dari kelas ekonomi menengah keatas, sebagai usaha untuk
mendapatkan perhatian dari lingkungan sosialnya. Pelajar yang tidak bisa
menahan kesabaran mereka karena selalu diolok dari keluarga miskin, akhirnya
mereka berusaha mencari sesuatu yang bisa menjadikan tameng atau tempat
berlindung, disinilah geng atau komunitas bergerak, beruaha melindungi anggota
geng mereka sehingga para anggota geng ini saling mengejek dan terjadilah
perkelahian antara mereka. Faktor lainnya yaitu faktor lingkungan diantaranya
yaitu salah memilih teman sepergaulan sehingga mengikuti ajakan ataupun
perilaku serta tindakan yang bersifat negative. Dan berbagai faktor-faktor lain
yang dapat membuat pelajar memilih perkeahian dalam menyelesaikan masalah
mereka.
Perkelahian pelajar merugikan
banyak pihak. Paling tidak ada empat kategori dampak negative dari pelajar.
Pertama, bagi pelajar itu sendiri jelas mengalami dampak negative seperti
cedera atau bahkan tewas yang dapatkan dari saling memukul antar sesama pelajar
yang berselisih. Kedua, bagi keluarga berupa teguran dari pihak pimpinan
sekolah dan warga masyarakat serta peringatan dari pihak kepolisisan. Ketiga,
bagi sekolah dapat berupa kerugian materiil yang mungkin timbul seperti
rusaknya gedung sekolah maupun peralatan lain akibat dari perkelahian tersebut
dan kerugian yang menyangkut nama baik sekolah dalam masyarakat yakni timbulnya
kesan sekolah urakan dan menjadi pengawasan dari pihak yang berawajid. Yang
keempat, bagi masyarakat yaitu terganggunya ketertiban dan keamanan di
lingkungan sekitarnya, kemudian apabila frekuensi perkelahian pelajar demikian
tinggi maka tidak mustahil kondisi dan situasi lingkungan masyarakatt yang
rawan yang memungkinkan ttimbulnya bibit baru remaja yang nakal.
Para guru sudah melakukan
berbagai tindakan untuk mencegah dan menanggulangi perkelahian pelajar agar
tidak terjadi di SMAN 1 Soppeng Riaja. Diantaranya adalah mengadakan berbagai
macam ekstrakurikuler untuk mengalihkan perhatian para pelajar untuk bertindak
negative dan fokus dengan kegiatan ekskulnya. Dan juga memberi hukuman yang
berupa bobot yang sesuai dengan buku merah ataupun memberikan skorsing pada
mereka yang terlibat dalam perkelahian pelajar. Namun, upaya itu masih belum
berhasil dikarenakan masih banyak terjadi perkelahian antar para pelajar di
sekolah kita ini.
Kita adalah pelajar Indonesia
SMAN 1 soppeng Riaja, sudah seharusnya kita berusaha untuk menggapai cita-cita,
berusaha membahagiakan orang tua yang sudah banting tulang membiayai pendidikan
kita. Jangan sampai karena perkelahian yang kita lakukan dapat merusak image
tersebut. Kita harus mampu membuktikan bahwa kita bisa. Singkirkan sifat egois
dan emosi tinggi demi tercapainya cita-cita yang kita impikan.
XII IPA 1/kelompok 4
Disadur dari berbagai sumber…
www.google.co.id/search